Kriminalitas di Internet

Kriminalitas di Internet

Sebagaimana lazimnya pembaharuan teknologi, internet selain memberi manfaat juga menimbulkan ekses negatif dengan terbukanya peluang penyalahgunaan teknologi tersebut. Hal itu terjadi pula untuk data dan informasi yang dikerjakan secara elektronik.
Dalam jaringan komputer seperti internet, masalah kriminalitas menjadi semakin kompleks karena ruang lingkupnya yang luas.
Menurut Edmon Makarim (2001: 12) kriminalitas di internet atau cybercrime pada dasarnya adalah suatu tindak pidana yang berkaitan dengan cyberspace, baik yang menyerang fasilitas umum di dalam cyberspace atupun kepemilikan pribadi.
Jenis-jenis kejahatan di internet terbagi dalam berbagai versi. Salah satu versi menyebutkan bahwa kejahatan ini terbagi dalam dua jenis, yaitu kejahatan dengan motif intelektual. Biasanya jenis yang pertama ini tidak menimbulkan kerugian dan dilakukan untuk kepuasan pribadi. Jenis kedua adalah kejahatan dengan motif politik, ekonomi, atau kriminal yang potensial enimbulkan kerugian bahkan perang informasi.
Versi lain membagi cybercrime menjadi tiga bagian yaitu pelanggaran akses, pencurian data, dan penyebaran informasi untuk tujuan kejahatan.
Secara garis besar, ada beberapa tipe cybercrime, seperti dikemukakan Philip Renata dalam suplemen BisTek Warta Ekonomi No. 24 edisi Juli 2000, h.52 yaitu:
Joy computing, yaitu pemakaian komputer orang lain tanpa izin. Hal ini termasuk pencurian waktu operasi komputer.
Hacking, yaitu mengakses secara tidak sah atau tanpa izin dengan alat suatu terminal.
The Trojan Horse, yaitu manipulasi data atau program dengan jalan mengubah data atau instruksi pada sebuah program, menghapus , menambah, menjadikan tidak terjangkau dengan tujuan untuk kepentingan pribadi pribadi atau orang lain.
Data Leakage, yaitu menyangkut bocornya data ke luar terutama mengenai data yang harus dirahasiakan. Pembocoran data komputer itu bisa berupa berupa rahasia negara, perusahaan, data yang dipercayakan kepada seseorang dan data dalam situasi tertentu.
Data Diddling, yaitu suatu perbuatan yang mengubah data valid atau sah dengan cara tidak sah, mengubah input data, atau output data.
To frustate data communication atau penyia-nyiaan data komputer.
Software piracy yaitu pembajakan perangkat lunak terhadap hak cipta yang dilindungi HAKI.
Dari ketujuh tipe cybercrime tersebut, nampak bahwa inti cybercrime adalah penyerangan di content, computer system dan communication system milik orang lain atau umum di dalam cyberspace (Edmon Makarim, 2001: 12).
Pola umum yang digunakan untuk menyerang jaringan komputer adalah memperoleh akses terhadap account user dan kemudian menggunakan sistem milik korban sebagai platform untuk menyerang situs lain. Hal ini dapat diselesaikan dalam waktu 45 detik dan mengotomatisasi akan sangat mengurangi waktu yang diperlukan (Purbo, dan Wijahirto, 2000: 9).
Fenomena cybercrime memang harus diwaspadai karena kejahatan ini agak berbeda dengan kejahatan lain pada umumnya. Cybercrime dapat dilakukan tanpa mengenal batas teritorial dan tidak diperlukan interaksi langsung antara pelaku dengan korban kejahatan. Bisa dipastikan dengan sifat global internet, semua negara yang melakukan kegiatan internet hampir pasti akan terkena impas perkembangan cybercrime ini.
Berita Kompas Cyber Media (19/3/2002) menulis bahwa berdasarkan survei AC Nielsen 2001 Indonesia ternyata menempati posisi ke enam terbesar di dunia atau ke empat di Asia dala tindak kejahatan di internet. Meski tidak disebutkan secara rinci kejahatan macam apa saja yang terjadi di Indonesia maupun WNI yang terlibat dalam kejahatan tersebut, hal ini merupakan peringatan bagi semua pihak untuk mewaspadai kejahatan yang telah, sedang, dan akan muncul dari pengguna teknologi informasi (Heru Sutadi, Kompas, 12 April 2002, 30).
Menurut RM Roy Suryo dalam Warta Ekonomi No. 9, 5 Maret 2001 h.12, kasus-kasus cybercrime yang banyak terjadi di Indonesia setidaknya ada tiga jenis berdasarkan modusnya, yaitu:
Pencurian Nomor Kredit.
Menurut Rommy Alkatiry (Wakil Kabid Informatika KADIN), penyalahgunaan kartu kredit milik orang lain di internet merupakan kasus cybercrime terbesar yang berkaitan dengan dunia bisnis internet di Indonesia.
Penyalahgunaan kartu kredit milik orang lain memang tidak rumit dan bisa dilakukan secara fisik atau on-line. Nama dan kartu kredit orang lain yang diperoleh di berbagai tempat (restaurant, hotel, atau segala tempat yang melakukan transaksi pembayaran dengan kartu kredit) dimasukkan di aplikasi pembelian barang di internet.
Memasuki, Memodifikasi, atau merusak Homepage (Hacking)
Menurut John. S. Tumiwa pada umumnya tindakan hacker Indonesia belum separah aksi di luar negeri. Perilaku hacker Indonesia baru sebatas masuk ke suatu situs komputer orang lain yang ternyata rentan penyusupan dan memberitahukan kepada pemiliknya untuk berhati-hati. Di luar negeri hacker sudah memasuki sistem perbnkan dan merusak data base bank
Penyerangan situs atau e-mail melalui virus atau spamming.
Modus yang paling sering terjadi adalah mengirim virus melalui e-mail. Menurut RM Roy M. Suryo, di luar negeri kejahatan seperti ini sudah diberi hukuman yang cukup berat. Berbeda dengan di Indonesia yang sulit diatasi karena peraturan yang ada belum menjangkaunya.
Sementara itu As’ad Yusuf memerinci kasus-kasus cybercrime yang sering terjadi di Indonesia menjadi lima, yaitu:
Pencurian nomor kartu kredit.
Pengambilalihan situs web milik orang lain.
Pencurian akses internet yang sering dialami oleh ISP.
Kejahatan nama domain.
Persaingan bisnis dengan menimbulkan gangguan bagi situs saingannya.
Khusus cybercrime dalam e-commerce, oleh Edmon Makarim didefinisikan sebagai segala tindakan yang menghambat dan mengatasnamakan orang lain dalam perdagangan melalui internet. Edmon Makarim memperkirakan bahwa modus baru seperti jual-beli data konsumen dan penyajian informasi yang tidak benar dalam situs bisnis mulai sering terjadi dalam e-commerce ini.
Menurut Mas Wigrantoro dalam BisTek No. 10, 24 Juli 2000, h. 52 secara garis besar ada lima topic dari cyberlaw di setiap negara yaitu:
a. Information security, menyangkut masalah keotentikan pengirim atau penerima dan integritas dari pesan yang mengalir melalui internet. Dalam hal ini diatur masalah kerahasiaan dan keabsahan tanda tangan elektronik.
b. On-line transaction, meliputi penawaran, jual-beli, pembayaran sampai pengiriman barang melalui internet.
c. Right in electronic information, soal hak cipta dan hak-hak yang muncul bagi pengguna maupun penyedia content.
d. Regulation information content, sejauh mana perangkat hukum mengatur content yang dialirkan melalui internet.
e. Regulation on-line contact, tata karma dalam berkomunikasi dan berbisnis melalui internet termasuk perpajakan, retriksi eksport-import, kriminalitas dan yurisdiksi hukum.
Saat ini di Indonesia sudah dibuat naskah rancangan undang-undang cyberlaw yang dipersiapkan oleh Fakultas Hukum Universitas Indonesia bekerja sama dengan Departemen Perdagangan dan Fakultas Hukum Universitas Padjajaran Bandung bekerja sama dengan Departemen Pos dan telekomunikasi. Hingga saat ini naskah RUU Cyberlaw tersebut belum disahkan sementara kasus-kasus hukum yang berkaitan dengan kriminalitas di internet terus bermunculan mulai dari pembajakan kartu kredit, banking fraud, akses ilegal ke sistem informasi, perusakan web site sampai dengan pencurian data.
Saat ini regulasi yang dipergunakan sebagai dasar hukum atas kasus-kasus cybercrime adalah Undang-undang Telekomunikasi dan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Namun demikian, interpetasi yang dilakukan atas pasal-pasal KUHP dalam kasus cybercrime terkadang kurang tepat untuk diterapkan. Oleh karena itu urgensi pengesahan RUU Cyberlaw perlu diprioritaskan untuk menghadapi era cyberspace dengan segala konsekuensi yang menyertainya termasuk maraknya cybercrime belakangan ini.

Pedoman Pembuatan Tugas Akhir Rancangan Alsin

Pedoman Pembuatan Tugas Akhir Rancangan Alsin
September 18, 2008 oleh Pak Tas
Pengantar:
Rancangan alsintan adalah salah satu pilihan untuk dasar pembuatan tugas akhir (skripsi) bagi mahasiswa teknik pertanian. Tugas akhir rancangan alsintan (rancang bangun) memiliki wilayah pilihan yang luas, seluas cakupan teknik pertanian itu sendiri.
Selama ini masih terjadi kesimpangsiuran mengenai standar dalam pembuatan tugas akhir (skripsi / karya ilmiah tertulis) dengan topik rancangan alsintan di Jurusan Teknik Pertanian FTP – UNEJ.
Oleh karena itu diperlukan suatu panduan untuk membantu mempermudah mahasiswa maupun dosen dalam menangani masalah tersebut. Pedoman ini dimaksudkan agar mahasiswa yang mengambil topik rancangan alsintan, termasuk yang mengambil topik mengenai modifikasi alsintan, dapat melaksanakan tugas akhir tersebut secara lebih terarah.
Pedoman
Bagi Mahasiswa Teknik Pertanian
Untuk Tugas Akhir
Dengan Topik Rancangan Alsintan
Oleh:
Ir. Tasliman, M.Eng.
Jurusan Teknik Pertanian,
Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Jember
Januari 2004
DAFTAR ISI
Bagian I. Pedoman Umum
A Pengantar
B Pengertian Tugas Akhir Rancangan Alsintan
C Susunan Skripsi Non Rancangan Alsintan
D Susunan Skripsi Rancangan Alsintan
Bagian II. Pedoman Penyusunan Proposal
A Pengantar
B Tahapan Penyusunan Proposal Tugas akhir
C Proposal Sebagai Bukti Kesiapan Calon Peneliti
a. Kesiapan atau kemampuan menguasai masalah
b. Kesiapan melakukan penelitian
D Sistematika Proposal
E Pendahuluan
Latar Belakang
Permasalahan
Tujuan Penelitian
Manfaat penelitian
Batasan Masalah
F Tinjauan Pustaka
G Pendekatan Teori
H Metodologi Penelitian
Sistematika bab metodologi penelitian
Tahapan Penelitian
Gambaran umum rancangan
Rancangan bagian fungsional
Rancangan alat keseluruhan
Pembuatan alat
Uji kinerja
Tujuan pengujian
Cara pengujian
Parameter pengujian
Bagian III. Pedoman Penyusunan Skripsi
A Pendahuluan
B Tinjauan Pustaka
C Pendekatan Teori
D Metodologi Penelitian
E Sistematika skripsi pada model pertama
F Sistematika skripsi pada model kedua
G Sistematika skripsi pada model ketiga
H Perancangan Alat
I Gambaran Umum Rancangan
J Rancangan Garis Besar
K Rancangan Rinci Per Bagian
L Perhitungan Dimensi Bagian
M Pembuatan Alat
N Pengujian Alat
O Hasil dan pembahasan
P Kesimpulan dan Saran
Bagian I. Pedoman Umum
Pengantar
Rancangan alsintan adalah salah satu pilihan untuk dasar pembuatan tugas akhir (skripsi) bagi mahasiswa teknik pertanian. Tugas akhir rancangan alsintan (rancang bangun) memiliki wilayah pilihan yang luas, seluas cakupan teknik pertanian itu sendiri. Untuk kategori pertanian dengan pengertian tradisionalnya yaitu budidaya tanaman, alsin yang dapat dirancang mencakup mulai dari pengolah tanah, penanam, pemeliharaan tanaman, pengendali gulma, pengendali hama dan penyakit, pemanen, alsin pengolah hasil, berbagai macam gilingan, pengering, serta pendingin. Di samping itu dapat juga dirancang alat pembangkit atau pengubah energi untuk keperluan pertanian dan pedesaan serta rancangan sistem kendali elektronik. Di kategori teknologi pedesaan dapat dirancang alat untuk transportasi pertanian dan pedesaan serta alsin untuk keperluan rumah tangga di pedesaan. Selain itu, dapat dirancang alsin yang melayani bidang peternakan, perikanan dan kehutanan.
Selama ini masih terjadi kesimpangsiuran mengenai standar dalam pembuatan tugas akhir (skripsi / karya ilmiah tertulis) dengan topik rancangan alsintan di Jurusan Teknik Pertanian FTP – UNEJ. Hal tersebut (termasuk di dalamnya topik mengenai modifikasi alsintan disebabkan belum tersedianya acuan yang jelas tentang hal-hal yang berkaitan dengan rancangan alsintan sebagai tugas akhir. Oleh karena itu diperlukan suatu panduan untuk membantu mempermudah mahasiswa maupun dosen dalam menangani masalah tersebut. Pedoman ini dimaksudkan agar mahasiswa yang mengambil topik rancangan alsintan, termasuk yang mengambil topik mengenai modifikasi alsintan, dapat melaksanakan tugas akhir tersebut secara lebih terarah.
Pengertian Tugas Akhir Rancangan Alsintan
Sebagai salah satu syarat kelulusan tingkat Strata 1 (S-1), mahasiswa Jurusan Teknik Pertanian FTP Unej diwajibkan membuat karya ilmiah tertulis (KIT) atau Skripsi.
Tugas akhir rancangan alsintan adalah tugas akhir (penelitian) mahasiswa yang menghasilkan suatu rancangan alat baru yang kemudian alat tersebut juga dibuat secara fisik. Hasil yang diperoleh dari tugas akhir rancangan alsintan, selain berupa laporan tugas akhir atau laporan penelitian yang berujud karya ilmiah tertulis atau skripsi, juga berujud sebuah alat hasil rancangan yang nyata.
Tugas akhir yang berbentuk rancangan alsintan memang seyogyanya dibedakan dengan tugas akhir yang berupa penelitian yang bukan rancangan alsintan. Tugas akhir rancangan alsintan adalah bukan penelitian dalam artinya yang lazim. Adanya perbedaan tersebut menyebabkan diperlukannya cara penyusunan yang berbeda antara tugas akhir rancangan alsintan dengan tugas akhir yang berupa penelitian non rancangan alsintan.
Hal yang mendasar yang membedakan antara tugas akhir dengan topik perancangan alsintan dengan tugas akhir dengan topik lainnya adalah pada bagian metodologi penelitian. Pada topik penelitian selain rancangan alsintan, metodologi penelitian ditujukan untuk memperoleh data tertentu guna dianalisis lalu dihasilkan kesimpulan tertentu terhadap data yang diperoleh tersebut. Sedangkan pada rancangan alsintan, tujuan penelitiannya adalah dihasilkannya suatu rancangan alsintan baru yang barangnya ada secara fisik. Dengan demikian metodologi penelitian dalam tugas akhir rancangan alsintan juga ditujukan untuk menghasilkan rancangan fisik tersebut.
Permasalahan utama pada penelitian yang bukan rancangan alsintan adalah bagaimana membuat rancangan percobaan yang tepat agar tujuan penelitian tercapai (yaitu agar diperoleh data yang mendukung serta memungkinkan diambilnya kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan). Di lain pihak, permasalahan utama pada penelitian tugas akhir rancangan alsintan adalah menghasilkan suatu rancangan baru dengan mempergunakan alur nalar yang bisa dipertanggungjawabkan.
Berkenaan dengan dihasilkannya suatu rancangan alsin baru, seharusnya perlu dipikirkan untuk pemberian sertifikat perancang bagi lulusan teknik pertanian yang membuat tugas akhir berupa rancangan alsintan.
Susunan Skripsi Non Rancangan Alsintan
Susunan karya ilmiah tertulis yang standar pada tugas akhir non rancangan alsintan umumnya adalah sebagai berikut:
Bab I. Pendahuluan
1. Latar Belakang
2. Permasalahan
3. Tujuan penelitian
4. Kegunaan Penelitian
5. Pembatasan masalah
Bab II. Tinjauan Pustaka
Bab III. Metodologi Penelitian
1. Waktu Dan Tempat Penelitian
2. Parameter Penelitian
3. Data Yang Diperlukan Untuk Pengukuran Parameter
4. Bahan Dan Alat Yang Diperlukan
5. Metoda Analisis Dan Rancangan Percobaan (jika menggunakan rancob)
6. Cara Pelaksanaan Penelitian
7. Hipotesis (jika diperlukan, bisa juga diletakkan di akhir tinjauan pustaka)
Bab IV. Hasil dan pembahasan
Bab V. Kesimpulan dan saran
Daftar Pustaka
Susunan Skripsi Rancangan Alsintan
Susunan karya ilmiah tertulis atau skripsi pada tugas akhir rancangan alsintan agak berbeda dengan susunan skripsi non rancangan alsintan. Bagian atau bab pendahuluan pada karya tulis ilmiah rancangan alsintan, isinya tidak berbeda dengan pada skripsi yang bukan rancangan alsintan. Demikian juga dengan bab tinjauan pustaka. Perbedaan terdapat pada bab pendekatan teori dan metodologi penelitian.
Sebagaimana pada skripsi non rancangan alsintan, tinjauan pustaka berisi pertama tentang pengertian-pengertian dasar yang berkaitan dengan topik penelitian. Selain itu berisi hasil-hasil penelitian yang pernah dilaksanakan yang relevan dengan topik tersebut.
Pendekatan teori berisi penjelasan nalar tentang alsintan yang akan dirancang. Atau jika digunakan rumus-rumus yang mendasari rancangan, hal tersebut juga diuraikan pada bab ini. Pada bab ini juga dijelaskan secara nalar tentang teori kerja atau mekanisme kerja alat yang akan dirancang tersebut.
Bagian yang memperlihatkan perbedaan nyata antara skripsi non rancangan alsintan dengan skripsi rancangan alsintan adalah pada bab metodologi penelitian. Pada skripsi rancangan alsintan, isi dari bab metodologi penelitian jauh lebih panjang dibanding pada skripsi non rancangan alsintan. Pada sebuah karya ilmiah tertulis rancangan alsintan, seringkali tidak diperlukan adanya suatu bab khusus yang bernama “metodologi penelitian”, meskipun pada proposal bab tersebut ada. Sebagai pengganti bab metodologi penelitian pada skripsi rancangan alsintan muncul 3 bab berurutan yaitu: bab “metodologi perancangan alat”, bab “pembuatan alat, uji fungsional dan modifikasi”, dan bab “metodologi pengujian alat”.
Inti isi skripsi rancangan alsintan adalah pada bab “perancangan alat” dan bab “pembuatan alat, uji fungsional dan modifikasi”. Oleh karena itu, isi dari bab “hasil dan pembahasan” adalah bersifat sebagai pelengkap. Bab tersebut berisi spesifikasi akhir alat hasil rancangan, lengkap beserta foto dan gambar tekniknya, hasil pengujian akhir, dan pembahasan mengenai kinerja alat. Pembahasan tentang alat hasil rancangan diperoleh dari hasil uji akhir, ditambah dengan penjelasan lain mengenai problema rancangan, kekurangan serta saran penyempurnaan lanjut. Pada tugas akhir rancangan alsintan, sebagian besar muatan penelitian sudah tercakup pada bab perancangan alat dan bab pembuatan alat.
Salah satu hal lain yang harus diperhatikan oleh mahasiswa yang mengambil topik tugas akhir rancangan alsintan, adalah bahwa pada tugas akhir rancangan alsintan, hasil dari kegiatan tersebut adalah berupa rancangan fisik. Sehingga pengujian hanyalah bersifat pelengkap. Penekanan pengujian adalah pada uji fungsional untuk mengetahui bagaimana alat bekerja serta mengukur parameter kinerja alat. Dalam uji tersebut tidak perlu diberi perlakuan apa-apa. Kalaupun digunakan rancangan percobaan, hal tersebut semata hanyalah untuk memperoleh data yang valid, bukannya untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap kinerja alat. Uji kinerja yang melibatkan pemberian perlakuan selayaknya dilakukan oleh orang (mahasiswa) lain, bukan oleh perancang.
Bagian II. Pedoman Penyusunan Proposal
Pengantar
Proposal penelitian adalah suatu pernyataan ringkas tentang rencana penelitian yang berfungsi untuk meyakinkan pihak lain bahwa yang bersangkutan (calon peneliti) telah siap dan mampu melaksanakan penelitian. Proposal penelitian dibuat sebagai rangkaian tugas akhir mahasiswa, disusun sebelum mahasiswa melakukan penelitian untuk tugas akhir tersebut.
Bagi mahasiswa, tujuan pembuatan proposal penelitian untuk tugas akhir, selain berfungsi untuk mempersiapkan mahasiswa sebelum melakukan penelitian, juga berfungsi mendidik dan melatih mahasiswa untuk membuat proposal penelitian akademik yang baik dan benar. Dengan demikian penyusunan proposal penelitian bagi mahasiswa adalah tidak sekedar untuk keperluan pembuatan penelitian itu sendiri, melainkan memang adalah untuk melatih dan mendidik mahasiswa mengenai cara pembuatan proposal akademik yang baik dan benar. Dengan pengertian yang seperti ini, maka bagi mahasiswa, kemampuan membuat proposal yang baik dan benar akan mempunyai nilai yang tidak kalah pentingnya dengan kemampuan membuat penelitian yang benar.
Selain itu tersusunnya sebuah proposal yang baik akan sangat membantu proses selanjutnya. Dengan adanya proposal yang baik, penelitian bisa berlangsung terarah. Kemudian, penyusunan skripsi menjadi jauh lebih mudah karena lazimnya bab-bab awal dari sebuah skripsi adalah pengembangan dari bab-bab yang terdapat pada proposal penelitiannya. Jika proposalnya sudah tersusun dengan baik maka boleh dikatakan skripsi sudah selesai setengahnya, bahkan ada yang menyebut selesai dua per tiganya.
Salah satu hal yang penting diperhatikan pada pembuatan proposal adalah bahwa proposal yang baik adalah proposal yang singkat padat namun isinya jelas. Ketentuan ini bahkan berlaku bagi karya tulis non fiksi jenis apapun. Seringkali panjangnya uraian yang berbelit dan tidak jelas ujung pangkalnya adalah indikator bahwa penulisnya tidak memahami masalah dengan baik.
Salah satu cara sederhana untuk menguji tentang ringkas tidaknya suatu tulisan ialah dengan metoda penghilangan. Caranya ialah dengan menghilangkan satu per satu alinea atau kalimat dari suatu tulisan. Jika penghilangan tidak mengurangi arti berarti kalimat atau alinea yang dihilangkan tersebut memang tidak perlu. Suatu kalimat atau alinea dikatakan berarti jika tulisan menjadi tidak jelas maksudnya jika kalimat atau alinea tersebut dihilangkan.
Tahapan Penyusunan Proposal Tugas akhir
Tahapan standar penyusunan proposal adalah sebagai berikut:
1. Konsultasi dengan dosen pembimbing atau calon dosen pembimbing untuk menentukan topik yang akan diteliti.
2. Tercapai kesepakatan awal antara mahasiswa dengan dosen pembimbing tentang topik yang akan diteliti.
3. Mahasiswa membuat draft awal proposal.
4. Draft tersebut dikonsultasikan kepada dosen pembimbing.
1. Lama waktu serta jumlah pertemuan konsultasi tergantung kebutuhan.
2. Selama konsultasi draft proposal dengan dosen pembimbing (selama pembimbingan pembuatan proposal), dilakukan perbaikan-perbaikan terhadap draft proposal dengan mengikuti petunjuk dari dosen pembimbing.
5. Untuk memperoleh masukan, bisa dilakukan seminar proposal di dalam kurun waktu pembimbingan pembuatan proposal tersebut.
6. Proposal bersifat final setelah disetujui oleh dosen pembimbing.
7. Penelitian bisa dimulai.
Proposal Sebagai Bukti Kesiapan Calon Peneliti
Inti proposal penelitian adalah meyakinkan pihak lain bahwa si calon peneliti mampu dan siap melakukan penelitian. Seorang peneliti bisa melakukan penelitian dengan benar jika minimal telah menguasai permasalahan serta sudah mempunyai rencana penelitian yang matang. Secara nalar tidak mungkin seseorang meneliti suatu masalah yang tidak cukup dipahaminya, demikian juga tidak mungkin dilakukan penelitian yang benar jika si calon peneliti tidak mempunyai rencana penelitian yang matang.
Jika dijabarkan, kesiapan melakukan penelitian akan mencakup 2 hal yaitu:
• Kesiapan menguasai masalah
• Siap dengan rencana penelitian yang matang.
Dalam proposal, calon peneliti harus bisa meyakinkan pembaca bahwa dia menguasai dengan baik kedua hal tersebut.
a. Kesiapan atau kemampuan menguasai masalah
Pada sebuah proposal penelitian, kemampuan menguasai masalah yang akan diteliti ditunjukkan dengan:
1. Menguasai akar permasalahan. Kemampuan menguasai akar permasalahan ini ditunjukkan pada bab “Pendahuluan”. Kemampuan ini mencakup:
o Penguasaan terhadap pengetahuan bahwa topik yang dikerjakan penting serta relevan dengan bidang ilmu yang ditekuni. Hal ini disampaikan pada sub “Latar belakang”.
o Terumuskannya masalah dengan jelas, disampaikan pada sub “Perumusan Masalah”.
o Mampu merumuskan tujuan penelitian yang jelas dan mungkin untuk dikerjakan, dirumuskan pada sub “Tujuan Penelitian”.
o Mengetahui manfaat hasil penelitian, diuraikan pada sub “Kegunaan Penelitian”.
2. Penguasaan terhadap konsep-konsep dasar yang berkaitan dengan topik penelitian, serta pengetahuan tentang perkembangan terkini dari topik yang diteliti, diuraikan dalam bab “Tinjauan Pustaka”.
3. Penguasaan terhadap teori atau logika nalar yang mendasari pelaksanaan penelitian, diuraikan pada bab pendekatan teori.
b. Kesiapan melakukan penelitian
Kesiapan melakukan penelitian ditunjukkan dengan adanya rencana penelitian yang matang yang diuraikan secara rinci pada bab “Metodologi Penelitian“.
Sistematika Proposal
Urutan susunan proposal tugas akhir rancangan alsintan adalah tidak berbeda dengan susunan proposal tugas akhir untuk penelitian dengan topik lainnya. Urutan standar proposal tersebut adalah sebagai berikut:
• Bab 1. Pendahuluan
• Bab 2. Tinjauan Pustaka
• Bab 3. Pendekatan Teori / Landasan Teori
• Bab 4. Metodologi / Rencana Penelitian
• Daftar Pustaka
Ketiga bab pertama isinya (urutan / susunannya) secara mendasar sama dengan pada laporan akhir, kecuali bahwa isinya lebih ringkas, dan memang harus lebih ringkas. Pada tinjauan pustaka di proposal hanya perlu diuraikan hal-hal yang sungguh-sungguh relevan dengan penelitian, dalam arti jika bagian tersebut dihilangkan maka proposal menjadi “tidak berbunyi”. Yang ditulis pada bab-bab tersebut adalah hal-hal yang benar-benar bermanfaat bagi pelaksanaan penelitian, dalam arti secara logika, penelitian “mustahil” dilakukan jika si peneliti belum menguasai hal-hal yang disampaikan dalam proposal tersebut. Sedangkan pada bab metodologi dipaparkan secara ringkas namun terinci tentang tahapan penelitian yang akan dilakukan.
Proposal standar hanyalah terdiri dari 4 bab tersebut, ditambah dengan daftar pustaka. Uraian mengenai isi masing-masing bab secara ringkas adalah sebagai berikut:
Pendahuluan
Pendahuluan adalah uraian pengantar yang menuntun / memandu pembaca masuk atau terlibat ke topik yang akan dibahas (diteliti). Bab pendahuluan yang lengkap terdiri dari sub bab sebagai berikut:
• Latar belakang
• Permasalahan / identifikasi masalah / perumusan masalah
• Tujuan penelitian
• Manfaat penelitian / kegunaan penelitian
• Ruang lingkup / pembatasan masalah
Sebuah proposal yang bagus pasti dimulai dengan tersusunnya bab pendahuluan yang bagus. Jika bab pendahuluan kacau, pastilah proposal maupun penelitian serta selanjutnya skripsi yang dibuat akan kacau pula. Hal ini disebabkan bab pendahuluan adalah bab yang mencerminkan penguasaan calon peneliti terhadap inti permasalahan yang akan diteliti.
Untuk membuat permulaan proposal yang bagus, salah satunya bisa dibantu dengan menyusun pertanyaan-pertanyaan. Beberapa pertanyaan yang harus dijawab antara lain sebagai berikut:
Pertanyaan: kenapa saya memilih topik ini?
Jawaban 1 adalah karena topik atau masalah tersebut perlu diteliti. Jika itu jawabannya, maka perlu dijelaskan tentang kenapa topik tersebut perlu diteliti? Suatu topik perlu diteliti pastilah karena topik tersebut penting. Penjelasan tentang penting dan relevannya topik masuk ke sub latar belakang.
Jawaban 2 adalah karena masalah tersebut belum diteliti. Tempatkan jawaban tersebut pada sub perumusan masalah.
Jawaban 3 adalah karena saya ingin mengetahui hasilnya jika dilakukan penelitian / percobaan tertentu terhadap topik ini. Tempatkan jawaban ini pada sub tujuan penelitian.
Jawaban 4 adalah karena saya ingin membantu memecahkan masalah yang ada di masyarakat saat ini. Tempatkan uraian tentang masalah tersebut pada rumusan masalah. Sedang manfaat berupa pemecahan masalah yang bisa disumbangkan kepada masyarakat ditempatkan pada kegunaan penelitian.
Latar Belakang
Sebagai bab yang mengantarkan pembaca ke topik yang dibahas, bab pendahuluan merupakan tempat menjelaskan alasan pemilihan topik. Pendahuluan diawali dengan sub bab bernama Latar Belakang. Inti dari sub latar belakang adalah menunjukkan bahwa topik yang diajukan tersebut adalah hal yang penting atau berguna atau relevan untuk dibahas atau diteliti. Sub bab ini bersama sub bab permasalahan digunakan untuk menjawab pertanyaan tentang alasan umum dipilihnya suatu topik atau judul penelitian.
Permasalahan
Sub bab ini juga bisa dinamakan “Identifikasi masalah” atau “Perumusan masalah”. Sub ini berisi penjelasan mengenai masalah yang menjadi titik tolak dilakukannya penelitian. Inti dari bab ini adalah menyebutkan kondisi yang belum sesuai dengan yang seharusnya. atau menunjukkan sesuatu yang belum dilakukan padahal seharusnya dilakukan. Pada sub ini juga dimuat pernyataan tentang perlunya dilakukan penelitian seperti tertera pada judul proposal.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian (obyektif penelitian) berupa pernyataan (rumusan) secara eksplisit tentang hal-hal atau hasil langsung yang akan dicapai pada penelitian. Rumusan tujuan ini akan menjadi pemandu selanjutnya pada penyusunan tinjauan pustaka, pendekatan teori, metodologi penelitian, maupun pada penentuan kesimpulan dan saran yang akan ditulis di dalam skripsi nanti. Semua isi bab tersebut harus konsisten dengan rumusan tujuan penelitian.
Pada proposal tugas akhir rancangan alsintan, lazimnya rumusan tujuannya yang pertama berbunyi: tujuan penelitian ini secara umum ialah untuk memperoleh rancangan alat ….
Manfaat penelitian
Pada sub bab ini dirumuskan manfaat yang dapat disumbangkan dari hasil penelitian kepada masyarakat yang memiliki permasalahan sebagaimana dirumuskan pada sub “permasalahan”. Selain itu biasanya manfaat yang diharapkan dari penelitian ialah sebagai sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, biasanya komunitas tujuan yang diharapkan bisa memperoleh manfaat dari penelitian adalah petani dan masyarakat akademik.
Batasan Masalah
Pembatasan masalah adalah pernyataan tentang hal-hal apa yang diteliti atau dikerjakan di antara masalah yang dinyatakan sebelumnya pada sub permasalahan. Pada sub ini termasuk disebutkan tentang batasan bagian alat yang dirancang secara mendetail disertai penjelasannya.
Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka digunakan untuk tempat menuliskan hal-hal yang telah dipelajari dari bahan-bahan pustaka, yang mendukung topik penelitian. Untuk memungkinkan dilakukannya penelitian yang baik, sebelum serta pada waktu melaksanakan penelitian, peneliti perlu mempelajari hal-hal yang relevan dengan topik penelitian, antara lain:
• Mempelajari pengetahuan minimal yang diperlukan untuk bisanya melaksanakan penelitian
• Mempelajari data serta hasil penelitian yang mendasari asumsi, metodologi serta ruang lingkup penelitian.
Isi dari bab tinjauan pustaka akan meliputi:
• Uraian atau penjelasan ringkas tentang istilah atau konsep yang tercakup dalam judul penelitian.
• Perkembangan / kemajuan penelitian yang telah dicapai mengenai topik yang diteliti.
• Kemajuan teknologi yang berkembang di masyarakat tentang topik yang diteliti.
Pendekatan Teori
Rancangan alsin yang standar memerlukan adanya uraian logis tentang proses perancangan yang berlangsung dalam pikiran perancang sebelum tertuang dalam sket rancangan akhir. Uraian tersebut disampaikan pada bab pendekatan teori. Urutan logika bab pendekatan teori adalah
• Substansi proses, berisi penjelasan tentang kerja apa yang sebenarnya akan dilayani oleh alat yang akan dirancang.
• Output kerja ideal, berisi kriteria ideal hasil proses.
• Cara-cara yang mungkin untuk mencapai output ideal. Cara tersebut terdiri dari cara yang sudah dilakukan untuk pekerjaan yang sama, cara yang dilakukan untuk proses lain mirip, dan cara lain yang secara nalar mungkin dilakukan untuk mencapai output ideal tersebut.
• Metoda yang dipilih di antara berbagai pilihan metoda pengerjaan yang tersedia beserta penjelasan logis dipilihnya metoda tersebut. Metoda pengerjaan tersebut kemudian dijadikan sebagai model rancangan alat yang dipilih. Penjelasan mengenai model rancangan yang dipilih harus mampu memberi jawaban logis kepada pembaca mengenai alasan dipilihnya rancangan seperti tertera di judul penelitian. Secara nalar, judul penelitian dibuat menyesuaikan dengan model rancangan yang dipilih pada sub ini. Rumusan dari model rancangan yang dipilih tersebut selanjutnya diuraikan pada sub “gambaran umum rancangan” pada bab metodologi penelitian.
• Teori kerja alat yang akan dirancang. Pada sub ini dijelaskan mengenai mekanisme kerja bagian fungsional menangani obyek yang dikerjai. Jika digunakan rumus-rumus fisika untuk menjelaskan mekanisme kerja tersebut, hal itu juga dijelaskan di sub ini.
Metodologi Penelitian
Bab metodologi penelitian pada proposal berfungsi untuk menunjukkan kesiapan penulis dalam melaksanakan penelitian yang diusulkan. Jika pada bab sebelumnya calon peneliti menguraikan penjelasan logika tentang teori kerja yang mendasari rancangan alat atau mekanisme kerja alat yang akan dirancang, pada bab metodologi penelitian, pengusul penelitian harus menunjukkan tentang rencana kongkrit yang akan dilakukan dalam penelitian.
Sistematika bab metodologi penelitian
Sistematika bab metodologi penelitian pada proposal untuk tugas akhir rancangan alsintan adalah sebagai berikut:
BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Tahapan penelitian
4.2. Perancangan Alat
4.2.1. Gambaran umum rancangan
4.2.2. Rancangan bagian fungsional
4.2.3. Rancangan alat keseluruhan
4.3. Pembuatan alat
4.3.1. Bahan yang diperlukan
4.3.2. Cara pembuatan
4.3.3. Alat yang diperlukan
4.3.3. Waktu dan tempat pembuatan
4.4. Uji kinerja
4.4.1. Tujuan pengujian
4.4.2. Cara pengujian
4.4.3. Waktu dan tempat pengujian
4.4.4. Parameter pengujian
4.4.5. Data yang diperlukan
4.4.6. Bahan dan alat yang diperlukan
4.4.7. Cara pengambilan data
4.4.8. Rancangan percobaan (jika diperlukan)
Sedangkan isi masing-masing sub bab pada metodologi penelitian dijelaskan sebagai berikut:
Tahapan Penelitian
Pada sub bab ini disebutkan tahapan penelitian yang dilalui selama menyusun tugas akhir.. Pada sebuah tugas akhir rancangan alsintan, standarnya ada 3 tahapan penelitian, ialah: Perancangan alat, Pembuatan alat, dan Uji kinerja
Gambaran umum rancangan
Sub bab ini juga bisa diberi nama “Karakteristik rancangan”, “Kriteria rancangan”, atau “Garis besar rancangan”. Pada sub ini dituliskan mengenai karakteristik alat secara umum, disebutkan mengenai ciri-ciri utama alat yang membedakan dengan alat yang lain. Ciri-ciri tersebut sebagian didapatkan dari sub perumusan masalah di bab pendahuluan, dan sebagian didapat dari tinjauan pustaka serta pendekatan teori.
Rancangan bagian fungsional
Yang dimaksud bagian fungsional ialah bagian alat yang langsung berhubungan dengan obyek atau fungsi kerja alat. Contoh: bagian fungsional dari alat perajang ialah pisau perajangnya; bagian fungsional dari bajak ialah mata bajaknya; bagian fungsional alat perontok padi ialah drum beserta gigi perontok dan konkavnya.
Pada sub “rancangan bagian fungsional”, dijelaskan mengenai kontruksi bagian fungsional yang direncanakan, sesuai dengan gambaran umum rancangan alat. Pada rancangan yang dilakukan oleh mahasiswa teknik pertanian, titik berat rancangan ialah pada bagian fungsional ini, sehingga bagian tersebut perlu dibahas tersendiri, dipisahkan dari bagian-bagian alat yang lain. Pada sub bab ini dijelaskan secara nalar tentang proses terciptanya bentuk atau kontruksi bagian fungsional.
Rancangan alat keseluruhan
Untuk memungkinkan bekerjanya alat, bagian fungsional perlu didukung oleh bagian-bagian lainnya. Bagian lain misal poros, bantalan, transmisi, rangka, perakit, penggerak, serta bagian pelengkap lainnya. Pada proposal harus ditunjukkan gambaran alat secara keseluruhan, lengkap dengan bagian-bagiannya, meskipun tidak perlu bagian-bagian non fungsional tersebut dirancang atau dijelaskan secara terinci.
Pada sub ini dijelaskan gambaran ringkas alat dengan seluruh bagiannya. Dijelaskan tentang bagian-bagian alat dan fungsi masing-masing. Selain itu juga disebutkan rencana bahan yang digunakan untuk masing-masing bagian disertai penjelasan tentang pemilihan bahan. Agar gambaran alat jelas, perlu disertakan gambar sketsa alat yang akan dibuat.
Perlu diingat bahwa rancangan alat yang tertulis di 2 sub bab di atas adalah rancangan awal yang sangat mungkin berubah, sesuai dengan permasalahan yang ditemui selama saat pembuatan dan serangkaian uji fungsional yang akan dilakukan nanti. Sangat mungkin terjadi harus banyak dilakukan modifikasi yang menyebabkan hasil rancangan akhir jauh berbeda dengan rancangan awal tersebut.
Oleh karena itu perlu tetap diingat bahwa rancangan alat yang tertulis di proposal tidak perlu dibuat terinci untuk semua hal. Ada beberapa hal yang dibuat terinci sementara sebagian lain hanya garis besarnya saja.
Pembuatan alat
Pada sub ini dijelaskan mengenai gambaran secara garis besar tentang rencana pembuatan alat, meliputi: waktu dan tempat pembuatan, bahan yang diperlukan, alat yang diperlukan, serta cara pembuatan.
Uji kinerja
Pada sub ini dijelaskan tentang rencana pengujian terhadap rancangan akhir alat. Waktu dan tempat pengujian diisi dengan perkiraan pelaksanaan uji tersebut. Pada kenyataannya waktu dan tempat tersebut sangat mungkin untuk berubah, apalagi jika menyangkut rancangan alsintan lapang. Sedangkan item-item lain biasanya sudah bisa tidak banyak berubah, sehingga sudah bisa dibuat rancangan lengkapnya sejak awal.
Pada skripsi biasanya ada sub bernama cara pelaksanaan penelitian. Pada sub tersebut dilaporkan tentang rincian langkah-langkah pelaksanaan penelitian. Dilaporkan tentang bagaimana langkah persiapan, penanganan terhadap bahan penelitian, dan sebagainya. Pada skripsi rancangan alsintan, sub tersebut bernama cara pelaksanaan pengujian. Perlu diingat bahwa sub tersebut ditambahkan pada skripsi, namun tidak terdapat pada proposal, karena pada saat proposal disusun memang penelitian belum dilakukan!
Tujuan pengujian
Pada sub ini disebutkan tujuan uji kinerja alat hasil rancangan, misalnya berbunyi: “tujuan uji kinerja ialah untuk memperoleh informasi tentang watak laku teknis alat hasil rancangan, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menilai kinerja alat tersebut”.
Cara pengujian
Pada sub ini disebutkan cara pengujian yang diterapkan terhadap alat hasil rancangan. Biasanya cara pengujian ialah dengan menggunakan alat sesuai dengan fungsinya. Contoh kalimat pada sub ini misalnya: “pengujian dilakukan dengan mencoba menggunakan alat hasil rancangan untuk ……” (disesuaikan, tergantung jenis alatnya serta kegunaan alat tersebut).
Jika ada pembanding pada pengujian, hal tersebut disebutkan dalam sub ini, missal: “sebagai pembanding, pada pengujian ini juga dilakukan pekerjaan ….. menggunakan alat ….. dan ….”.
Parameter pengujian
Parameter atau tolok ukur adalah ukuran yang digunakan untuk menilai sesuatu. Dalam suatu penelitian, parameter berarti hal-hal yang harus diukur dalam penelitian tersebut., Pada suatu uji kinerja mesin, parameter kinerja berarti ukuran-ukuran yang digunakan untuk menilai kinerja mesin tersebut. Parameter uji kinerja alsintan sudah dibakukan, mencakup 4 aspek: kapasitas kerja, mutu kerja, efisiensi, dan ergonomi. Selain itu biasanya dalam uji kinerja juga dilakukan penilaian terhadap aspek ekonomi berupa perhitungan biaya penggunaan alat. Oleh karena itu ada yang menyatakan bahwa parameter kinerja alsin ada 5, dengan diikutkannya parameter ekonomi ke dalamnya.
Untuk sebagian kasus, seringkali juga dilakukan pengukuran dan perhitungan pemakaian daya. Pengukuran tersebut digunakan untuk menilai efisiensi pemakaian daya dari alat tersebut.
Jika yang dirancang adalah instrumen, bukannya mesin lapang, pengujian biasanya dititikberatkan pada aspek mutu kerja, karakteristik sistem, penggunaan daya dan aspek ekonomi.
Ketika dikatakan bahwa parameter kinerja alsin adalah terdiri dari 5 buah, artinya untuk menilai baik atau tidaknya kinerja suatu mesin dipakai ke 5 tolok ukur tersebut. Alsin dengan kinerja bagus adalah alsin yang memiliki kapasitas besar, efisiensi tinggi, mutu kerja bagus, aman dan nyaman bagi pemakai, serta murah biaya pemakaiannya.
• Kapasitas kerja dinyatakan dengan banyaknya volume pekerjaan yang terselesaikan atau bahan yang terolah per satuan waktu.
• Efisiensi kerja dinyatakan dengan tingkat keberhasilan alsin melakukan pekerjaan sesuai tujuan.
• Efisiensi pemakaian daya dinyatakan sebagai perbandingan antara input daya yang digunakan dengan daya yang terpakai.
• Mutu kerja dinyatakan dengan banyaknya hasil kerja atau hasil olahan yang memenuhi kriteria standar mutu tertentu.
• Parameter ergonomi dinyatakan dengan derajat kemudahan penggunaan serta keamanan bagi operator dan orang di sekitarnya.
• Parameter ekonomi dinyatakan dengan biaya kerja per volume pekerjaan.
Bagian III. Pedoman Penyusunan Skripsi
Sistematika bab-bab awal skripsi lazimnya sama dengan sistematika proposal. Ada rumusan umum yang menyebutkan bahwa skripsi adalah sama dengan proposal ditambah dengan bab hasil penelitian dan pembahasan dan bab kesimpulan dan saran. Rumusan tersebut tidak salah, hanya saja pada skripsi dengan topik rancangan alsintan, ada beberapa tambahan pada susunan bab-babnya.
Selain itu ada satu hal yang perlu diperhatikan, yaitu perbedaan pokok proposal dan skripsi adalah proposal berupa rencana penelitian, sedang skripsi adalah laporan pelaksanaan penelitian. Mengingat perbedaan tersebut, meskipun ada bab-bab yang isinya sama, perlu dilakukan penyesuaian kalimat-kalimat tertentu. Kalimat yang di proposal menyatakan rencana (misalnya menggunakan kata “akan”, “rencananya”, dan sebagainya), pada skripsi harus diganti dengan kalimat yang bermakna laporan peristiwa yang sudah terjadi.
Pendahuluan
Isi bab pendahuluan pada skripsi tidak berbeda dengan isi bab pendahuluan pada proposal, sehingga isinya bisa diambilkan dari proposal. Hanya perlu diperhatikan bahwa kadang terjadi perubahan pada tujuan penelitian serta batasan penelitian karena variabel yang dihadapi selama melaksanakan penelitian. Jika terjadi perubahan maka isi sub tujuan penelitian dan batasan penelitian pada skripsi perlu disesuaikan.
Selain itu jika diketahui ada hal-hal yang belum tercantum dalam proposal namun menambah kejelasan isi bab pendahuluan, sebaiknya hal-hal tersebut ditambahkan. Misalnya saja ada pernyataan pada latar belakang atau permasalahan yang belum didukung data atau rujukan pustaka yang memadai, hal tersebut perlu dilengkapi pada penulisan skripsi. Dengan demikian isi bab pendahuluan pada skripsi akan lebih lengkap dibanding proposalnya.
Tinjauan Pustaka
Bab tinjauan pustaka pada skripsi merupakan pengembangan dari yang terdapat di proposal. Karena ketentuan umumnya, tinjauan pustaka pada proposal adalah sesingkat mungkin, maka biasanya pada pembuatan skripsi bab tersebut perlu dilengkapi agar lebih terinci isinya.
Pendekatan Teori
Bab pendekatan teori pada skripsi juga diambil dari proposal. Isinya sebaiknya juga diperbaiki dan dibuat lebih jelas serta lebih terinci.
Metodologi Penelitian
Menyangkut bab metodologi penelitian, ada 3 model skripsi dengan topik rancangan alsintan. Model pertama dan kedua memasukkan adanya bab metodologi penelitian, sedang model ketiga tidak menyertakan bab tersebut. Adanya perbedaan tersebut disebabkan tugas akhir dengan topik rancangan alsintan mempunyai isi bab metodologi penelitian yang berbeda dengan tugas akhir dengan topik lain. Pada skripsi dengan topik rancangan alsintan, terdapat 3 bab khas yang tidak terdapat pada skripsi dengan topik lain. Urutan bab-bab pada tugas akhir rancangan alsintan yang ekivalen dengan bab “metodologi penelitian” pada tugas akhir non rancangan alsintan, adalah:
“Metodologi Perancangan Alat” atau “Perancangan Alat”
Pembuatan alat dan modifikasi
Pengujian Alat
Sistematika skripsi pada model pertama
Untuk model skripsi pertama yang memasukkan bab metodologi penelitian, susunan isi bab tersebut diambilkan dari proposal dengan perluasan pada sub perancangan alat dan sub pembuatan alat. Pada kedua sub tersebut dilaporkan secara terinci proses perancangan dan pembuatan alat yang faktual telah dilakukan selama penelitian. Model ini menghasilkan skripsi dengan bab metodologi penelitian yang relatif tebal, karena laporan tentang perancangan dan pembuatan alat biasanya isinya memang cukup banyak.
Pada model ini sistematikanya sama dengan skripsi dengan topik bukan rancangan alsintan. Isi dan susunan bab metodologi penelitian hampir sama dengan yang di proposal. Sistematika skripsi model tersebut, urutan babnya secara lengkap adalah sebagai berikut.
• Bab 1. Pendahuluan
• Bab 2. Tinjauan Pustaka
• Bab 3. Pendekatan Teori
• Bab 4. Metodologi Penelitian
• Bab 5. Hasil dan Pembahasan
• Bab 6. Kesimpulan dan Saran
• Daftar Pustaka
Sistematika skripsi pada model kedua
Untuk model skripsi kedua yang memasukkan bab metodologi penelitian, susunan isi bab tersebut diambilkan dari proposal dengan penyingkatan pada sub perancangan alat dan sub pembuatan alat. Pada kedua sub tersebut dalam bab metodologi penelitian hanya berisi judul-judul tahapannya saja, karena laporan rinci mengenai perancangan alat dan pembuatan alat akan dituliskan pada 2 bab terpisah setelah metodologi penelitian. Model ini menghasilkan skripsi dengan bab metodologi penelitian yang tipis. Isi yang terutama bab metodologi penelitian pada skripsi model ini adalah mengenai pengujian alat. Isi sub pengujian alat pada model pertama dan kedua adalah sama. Sistematika skripsi model tersebut, urutan babnya secara lengkap adalah sebagai berikut.
• Bab 1. Pendahuluan
• Bab 2. Tinjauan Pustaka
• Bab 3. Pendekatan Teori
• Bab 4. Metodologi Penelitian
• Bab 5. Perancangan Alat
• Bab 6. Pembuatan Alat dan Modifikasi
• Bab 7. Hasil dan Pembahasan
• Bab 8. Kesimpulan dan Saran
• Daftar Pustaka
Sistematika skripsi pada model ketiga
Untuk model skripsi ketiga yang tidak memasukkan bab metodologi penelitian, sebagai pengganti bab tersebut dimasukkan 3 bab baru ialah “perancangan alat”, “pembuatan alat dan modifikasi”, dan “pengujian alat”. Pada masing-masing bab tersebut disampaikan laporan rinci mengenai perancangan alat, pembuatan alat, serta metodologi pengujian alat. Model ini menghasilkan skripsi tanpa bab metodologi penelitian. Sistematika skripsi model tersebut, urutan babnya secara lengkap adalah sebagai berikut.
• Bab 1. Pendahuluan
• Bab 2. Tinjauan Pustaka
• Bab 3. Pendekatan Teori
• Bab 4. Metodologi Perancangan Alat
• Bab 5. Pembuatan Alat dan Modifikasi
• Bab 6. Pengujian Alat
• Bab 7. Hasil dan Pembahasan
• Bab 8. Kesimpulan dan Saran
• Daftar Pustaka
Perancangan Alat
Metodologi perancangan (Design methodology) pada skripsi berisi laporan mengenai langkah-langkah (tahapan) yang ditempuh dalam merancang alat serta uraian secara lengkap mengenai bagaimana nalar dan perhitungan yang digunakan untuk menghasilkan rancangan awal yang terinci. Sebagian isi bab ini diambilkan dari proposal. Tahapan-tahapan perancangan alat sama dengan yang di proposal.
Susunan isi dari bab ini adalah sebagai berikut:
1. Gambaran umum rancangan
2. Rancangan garis besar
3. Rancangan per bagian
4. Perhitungan dimensi bagian alat
Gambaran Umum Rancangan
Sub ini isinya diambil dari proposal, dengan perbaikan kalimat.
Rancangan Garis Besar
Sub ini merupakan urutan logis setelah kriteria rancangan, berisi gambar garis besar sistem kontruksi mesin yang dirancang. Pada sub ini diceritakan tentang bagian-bagian alat dan fungsi masing-masing dalam sistem kontruksi alat tersebut. Di sub ini disertakan gambar sket alsin yang dirancang.
Rancangan Rinci Per Bagian
Pada sub ini diceritakan proses nalar perancangan perbagian, termasuk rancangan bentuk dan bahan. Penekanan adalah pada bagian fungsional. Bagian lain disesuaikan dengan sub “batasan masalah”.
Perhitungan Dimensi Bagian
Pada sub ini ditunjukkan proses perhitungan yang dilakukan sehingga diperoleh dimensi masing-masing bagian alat. Bagian yang dihitung tergantung pada sub batasan masalah.
Pembuatan Alat
Pembuatan alat berisi laporan lengkap faktual tentang proses pembuatan, uji fungsional serta perubahan-perubahan atau perbaikan yang dilakukan selama pembuatan alat. Pada bab ini diceritakan tentang permasalahan-permasalahan yang terjadi selama pembuatan alat, serta permasalahan yang terjadi waktu uji fungsional.
Hal yang sangat penting untuk diceritakan pada bab pembuatan alat adalah tentang dilakukannya modifikasi-modifikasi serta penyebabnya sehingga diperoleh rancangan akhir. Biasanya jarang terjadi proses perancangan alat tanpa modifikasi. Karena adanya proses perubahan-perubahan rancangan ini maka rancangan akhir biasanya banyak berbeda dengan rancangan yang semula..
Pada bab pembuatan alat juga dilaporkan mengenai rentang waktu pembuatan, bahan dan alat yang diperlukan dalam pembuatan, cara pembuatan, bahan dan alat yang diperlukan dalam uji fungsional serta cara pelaksanaan uji fungsional, tempat pengujian, serta modifikasi yang dilakukan. Jika dilakukan pengukuran serta perhitungan-perhitungan selama proses pembuatan alat juga dilaporkan di bab ini
Pengujian Alat
Pengujian alat atau metodologi pengujian berisi laporan tentang bagaimana cara pengujian akhir terhadap alat hasil rancangan. Sebagian isi bab diambil dari proposal dengan perbaikan seperlunya, terutama berkaitan dengan parameter pengujian. Sedang sebagian isinya adalah berupa laporan faktual cara pengujian yang telah dilaksanakan.
Hasil dan pembahasan
Bab “hasil dan pembahasan” pada skripsi rancangan alsintan berisi antara lain:
• Deskripsi lengkap alat hasil rancangan setelah modifikasi terakhir. Deskripsi tersebut menyangkut spesifikasi teknis dan gambar-gambar, baik foto maupun gambar teknik.
• Hasil pengujian akhir
• Pembahasan terhadap proses perancangan serta permasalahannya
• Pembahasan mengenai proses pembuatan serta permasalahannya
• Pembahasan mengenai kinerja alat pada pengujian akhir
• Pembahasan terhadap kemampuan, kesesuaian rancangan alsintan dengan teori kerjanya,
• Pembahasan tentang hambatan dan keterbatasan dalam penggunaannya,
• Dan sebagainya.
Kesimpulan dan Saran
Hal-hal yang tercakup pada kesimpulan dan saran disesuaikan dengan tujuan penelitian.
Ditulis dalam Akademik | Bertanda mesin pertanian, mekanisasi, Teknik Pertanian, proposal, tugas akhir, skripsi, pedoman, teknologi pertanian, penelitian, metodologi penelitian, rancangan, perancangan | 1 Komentar

Proteus Tutorial

Proteus Tutorial: Working with Modes.

Note: The features described below refer to version 2.0 or later of the Proteus Operating System.
Proteus Modes. If you have not yet explored the various modes available in Proteus, or have recently updated your operating system to version 2.0 or later, this brief tutorial will review the operating modes available to you.
Modes are the various ways in which Proteus can function. Much of the power of the three-button interface is due to this ability to quickly select the features associated with each mode.
Pressing the middle ('mode') button steps through the various functions described in the table below.

Mode Name Function
Pxx Program memory bank One of two separate program storage areas. Proteus ships with fifty sessions stored in this area, numbered P00 – P49.
Uxx User memory bank A second internal memory area, recommended for storage of sessions you’ve created yourself, downloaded from the Internet, etc.
Usr User (manual) mode Use this mode to select individual frequencies by hand.
PC PC (personal computer) mode Use this mode if you are creating your own programs on a PC and would like to preview them in real time. Also used when Proteus is being controlled by a biofeedback device, such as ThoughtStream.
AS AudioStrobe mode Use this to play AudioStrobeR encoded audio (CD’s, etc.) through Proteus.
DL Download mode For downloading firmware (OS) upgrades and session(s).



Here's a description of how each of the modes operate:
Pxx
1. Press the Mode Select (middle) button until the display reads “Pxx”, where “xx” is a number between 01 and 99. (Program 00 is permanently set as the “random” program).
2. Select a session by pressing the bottom button. A single press causes the display to increment one step at a time, while pressing and holding it causes the display to increment automatically. Notice that the rate at which the session number is displayed speeds up when you hold the button down.
3. TIP: you can cause the display to decrement rather than increment if you press the Start (top) button together with the bottom button. Be sure you press and hold the bottom button first then press the top button.
4. Press the Start (top) button to start a session.

Uxx
1. Press the Mode Select (middle) button until the display reads “Uxx”, where “xx” is a number between 00 and 99.
Note: If there are no sessions stored in the Uxx area or if they have been overwritten by a download to the “Pxx” area the Proteus will not display the “Uxx” mode.
2. Select a session by pressing the bottom button. A single press causes the display to increment one step at a time, while pressing and holding causes the display to increment automatically. Notice that the rate at which the session number is displayed increases as you hold the button down.
3. TIP: you can cause the display to decrement rather than increment if you press the Start (top) button together with the bottom button. Be sure you press and hold the bottom button first then press the top button.
4. Press the Start (top) button to start a session.

Usr
Use this mode to manually select and run specific frequencies without the use of a PC connection.
1. Press the Mode Select button until the display shows "Usr".
2. Press the Start/Stop (top) button once. The light and sound will begin an eight second soft-on sequence. If you press it twice the soft-on sequence will be skipped and the session will begin at full brightness and volume.
At this point, the lights and sound will run steadily at whatever frequency is shown in the display. If you'd like to change to another pulse rate, or between on/off and left/right modes, do this:
3. Press and hold the select key to increment the current flash rate in 0.1 hz increments.
TIP: you can cause the display to decrement rather than increment if you press the Start (top) button together with the bottom button. Be sure you press and hold the bottom button first then press the top button.
4. Press the mode/pause key to toggle between LightFrame+audio on/off and left/right. If the left and right decimals on the display are flashing left/right, then so are the lights and sound.
Note: While in user mode you can also adjust the LightFrame color mode or switch between external audio and digital data input.
5. You can change the audio pitch by holding down the middle and bottom buttons at the same time. The pitch will increase to 400 Hz then shut off for one second before starting over at 40 Hz. The pause is for those people who want to use external audio without any internal sound.

PC
This powerful feature, introduced with the release of version 1.6 of the Proteus operating system, is used for two primary functions: real-time preview of sessions you are editing with Proteus Editor, and for setting Proteus to be controlled via biofeedback (initialu, ThoughtStream). To use this mode, just press Mode Select until PC is displayed, and follow the instructions in your software documentation for proper use of this mode.

AS
AudioStrobeR is one of the most powerful features included in Proteus. When you select this mode, any AudioStrobe-encoded compact disc will control the LightFrames, allowing precise synchronization between the lights and the audio on the disc. We've included an AudioStrobe sampler CD with your system, and suggest that you explore this disc to gain a clear idea of what it is capable of. Contact your dealer for more information about the various available titles.
Tip: for best results, connect the Proteus audio input to the line output on your CD player. Then plug your headphones into the headphone jack on your CD player. Eliminating the audio path through Proteus improves the audio quality of your experience.
To use AudioStrobe:
1. Press the Mode Select (middle) button until the display reads “AS”.
2. Connect your audio source (CD player or PC) to the AUX input on the lower right side of Proteus.
3. Start your CD and settle back! Use the volume control on your CD player to adjust the audio volume; light brightness is adjusted as usual via the top right control knob on Proteus.

DL
Use this mode to download sessions and operating system upgrades into Proteus. You will always know if data is actually making its way into the system because the display digits will rapidly change during download.
To use this mode, select it by pressing the Mode Select button. Then follow the instructions included with the reference guide included with the operating system version you are currently using.

PCM (PULSE CODE MODULATION)

PCM (PULSE CODE MODULATION)



PCM (Pulse Code Modulation), yaitu proses mengubah sinyal analog menjadi sinyal digital. Prosesnya ada 3, yaitu: sampling, quantizing, dan coding. Jenis PCM yang banyak digunakan adalah PCM – 30, berfungsi sebagai analog to digital converter, multiplexing, dan sebagai line coding. Berikut adalah proses PCM-30 :

• Bandpass Filter



• Sampling (Pencuplikan)


Proses sampling adalah proses pengambilan sample dari sinyal suara dengan lebar pita frekwensi antara 300- 3400 Hz; di mana proses ini dikerjakan oleh modulator amplitudo. Prinsip kerja dari sampler ini sama seperti pintu/gate atau saklar, yang membuka dan menutup dengan periode waktu yang tertentu dan kontinyu; yang mana membuka dan menutupnya pintu/gate atau saklar ini dikerjakan oleh suatu frekwensi, yang dikenal sebagai frekwensi sampling. Untuk frekwensi sampling ini, seorang ahli Perancis bernama Harry Nyquist telah mengadakan percobaan-percobaan sbb. :

a) Besar Frekwensi Sampling (Fs) yang digunakan adalah lebih kecil dari 2 x lebar frekwensi suara (2 x BW Finf) :


Besar Frekwensi Sampling (Fs) yang digunakan adalah = 2 x lebar
frekwensi suara (2 x BW Finf) :


Quantizing (Kuantisasi)
Proses Pemberian harga terhadap sinyal PAM; yang besarnya – kecilnya disesuai dengan harga tegangan pembanding terdekat
Setiap pulsa akan diletakan kedalam suatu polaritas positif atau polaritas negatif.


Setiap polaritas dibagi menjadi beberapa segment/sub segment(interval)Kuantisasi ada 2 macam :
• Uniform (seragam) (Linear)

• Non-uniform (tidak seragam) (Non-linear)


Coding

Coding adalah proses mengubah sinyal PAM menjadi sinyal digital (A – D
Converter). Pada PCM-30 berlaku Hukum Companding-A :
a. Setiap pulsa PAM ditempatkan pada polaritas positif atau negatif; dan
ditandai dengan huruf “S”
• Untuk Polaritas Positif S = 1
• Untuk Polaritas Negatif S = 0
b. Setiap polaritas dibagi menjadi 8 segment; segment ke -0 s/d 7, dan
ditandai dengan huruf “ABC”.

Setiap segment dibagi menjadi 16 sub-segment (interval); interval ke-0 s/d 15, dan ditandai dengan huruf “WXYZ”


Sehingga sinyal PAM akan berubah menjadi sinyal dengan susunan bitbitnya sbb:

Dalam kaitan dengan proses kuantisasi dan coding ini, dikenal adanya hukum companding; dan didalam PCM-30 berlaku Hukum Companding “A”, yang mempunyai aturan sbb. :
1. Meletakan sinyal kedalam 2 polaritas; yaitu polaritas positif, yang ditandai dengan satu digit “1”; atau polaritas negatif yang ditandai dengan satu digit “0”.
2. Setiap Polaritas dibagi menjadi 8 segment; yang ditandai dengan tiga digit “0” dan/atau “1”, dengan nomor mulai dari “0” s/d “7”.
3. Setiap segment dibagi lagi menjadi 16 subsegment, atau interval; dan ditandai dengan empat digit “0” dan/atau “1”, dengan nomer mulai dari “0” s/d “15”.

Fungsi PCM 30 setelah A/D Converter adalah multiplexing :

a. Prinsip: Time Division Multiplexing
b. Methode: “Word-by-Word Interleaving” atau “Byte-by-byte Interleaving”; atau “Cyclic Word Interleaving” atau “Cyclic Byte Interleaving”.
c. Menggabungkan :
• 30 kanal telepon 64 kbps,
• 1 kanal signalling 64 kbps
• 1 kanal FAS 64 kbps.
Menjadi satu deretan sinyal serial 2048 Kbps.
d. Setiap kanal menempati satu “Time Slot” (TS) :
• TS-0 untuk FAS/Alarm
• TS-1 s/d TS-15 untuk kanal telepon 1 s/d 15
• TS-16 untuk Signalling
• TS-17 s/d TS-31 untuk kanal telepon 16 s/d 30 .
Dan fungsi yang berikutnya adalah: line coding, yaitu konversi sinyal unipolar NRZ 2048 Kbps menjadi sinyal HDB-3:
• Digit “1” dikodekan menjadi tegangan positif atau negatif bergantian, yang polaritasnya selalu berlawan dengan digit “1” sebelumnya
• Digit-0 dikodekan menjadi tegangan 0 volt.
• Deretan digit “0” berturutan maksimum 3 buah.



Struktur Frame PCM-30

1. Satu Multi Frame, dengan panjang waktu 1 Multi Frame 2 mS
2. Enam belas Frame, dengan panjang waktu 1 Frame 125 μS
3. 32 TS/Frame, dengan panjang waktu 1 TS 3,9 μ S
4. 8 Bit/TS, dengan panjang waktu 1 bit 488 nS
5. Jumlah bit/Frame 256 bit
6. Jumlah bit/Multi Frame 4096 bit
7. Bit FAS sebanyak 7 bit ( 0011011); bit-2 s/d 8 TS-0, Frame-frame genap (frame- 0, 2, 4, dstnya.)
8. Bit MFAS sebanyak 4 bit, dengan susunan 0000; terletak pada bit-1 s/d 4 TS-16, Frame-0.
9. Bit Signalling (4 bit/kanal); pada bit-1 s/d 4, dan bit-5 s/d 8 TS-16, Frame-1 s/d Frame-15
10. Bit Alarm (A1) sinyal 2 Mbit/s terletak pada bit-3 TS-0, Frame-frame ganjil (1, 3,5 dstnya)
11. Bit Alarm (A2) sinyal 64 Kbit/s (Signalling) terletak pada bit-6 TS-16, Frame- 0.

Perangkat keras untuk Komunikasi Data

Perangkat keras untuk Komunikasi Data

Peralatan yang digunakan untuk melakukan interaksi idalam jaringan komputer dibedakan atas:

- DCE (Data Circuit Terminating Equipment):
Peralatan digunakan untuk menyalurkan informasi antar lokasi dan biasanya langsung tersambung pada saluran komunikasi atau sistem transmisi.

- DTE (Data Terminal Equipment):
Peralatan tempat informasi masuk dan keluar dari bagi pemakai maupun komputer.

Dalam sistem komunikasi data dikenal beberapa macam kelas perangkat keras (hardware) yang dianggap generik

1. Terminal / Komputer
2. Saluran komunikasi atau saluran transmisi
3. Modem atau Nerwork Termination Unit
4. Multiplexer
5. Concentrator

Tiap-tiap perangkat keras mempunyai tugasnya masing-masing dan berkarakteristik khas. Untuk mendapatkan sistem komunikasi data yang baik sifat tiap hardware harus diketahui juga kemampuannya sehingga tiap komponen dapat saling bekerja sama.


Terminal:
Terminal merupakan alat yang melayani proses input/output jadi merupakan penghubung antara manusia dan mesin selain mesin ke mesin. Pilihan terminal ditentukan oleh kebutuhan pada saat sekarang dan akan datang Pemilihan terminal merupakan keputusan yang penting karena pada terminal tergantung antara hubungan antara manusia dan mesin. Beberapa macam terminal hanya dapat menerima masukan (input) saja, beberapa yang lain hanya keluaran (output) saja. Kecepatan dan kemampuan pengolahan data serta pengambilan maupun pengiriman informasi tergantung pada terminal yang dipergunakan. DTE dalam menyampaikan datanya ke DCE akan enggunakan salah satu cara di bawah ini:

a. Asinkron:
Dengan penggunaan start/stop bit. Umum digunakan untuk terminal yang menerima data dalam bentuk karakter dan yang langsung berhubungan dengan manusia. Kecepatannya biasanya tidak begitu tinggi.

b. Sinkron:
Blok data akan dikirimkan setelah terjadi sinkronisasi antara pengirim dan penerima. Blok data umumnya berupa berita (teks) yang terdiri atas sejumlah karakter. Kecepatannya tinggi.

c. Paket:
Data dikirimkan dalam bentuk paket yang terdiri atas sejumlah bit yang telah ditentukan banyaknya. Sinkronisasi yang perlu dilakukan hanyalah untuk menentukan awal dan akhir arus bit. Data merupakan arus bit dan bukan arus karakter. Kecepatannya tinggi. Terminal ini digunakan bila komputer disambungkan ke jaringan data (data network).

Beberapa macam terminal yang dikenal adalah:
1. Terminal kalsik:
Lebih dikenal sebagai dumb terminal, sekarang PC banyak digunakan untuk melakukan fungsi ini misalnya dengan menggunakan program Hyperterm yang ada pada OS Windows. Tugasnya melakukan komunikasi sederhana dengan perangkat terutama untuk melakukan konfigurasi

2. Work Station
Komputer yang mempunyai kemampuan tinggi terutama pengolahan graphics misalnya untuk GUI (Graphical User Interface) sebelum adanya browser.

3. Point of Sale terminal, Tansaction terminal
Terminal yang khusus yang dirancang untuk melaksanakan transaksi komersial tertentu.

4. Server
Merupakan komputer yang berkemampuan tinggi terutama dalam kecepatan pengolahan dan mempunyai memory yang besar karena sering digunakan untuk menyimpan database.

3. Front end processor
Dalam jaringan komputer IBM/SNA komputer ini ini digunakan untuk melayani kegiatan komunikasi data. Semua kegiatan komunikasi dilayaninya dan kegiatan pengolahan data diberikan ke host (main frame) yang umumnya tidak dirancang untuk melakukan kegiatan ini. Front end bekerja sama dengan host komputer untuk mengurangi bebannya dalam melayani masalah komunikasi data. Semua masalah komunikasi data akan dilayani olehnya.

Modem:
Di dalam sistem komunikasi data diperlukan alat untuk merubah sinyal digital dengan proses modulasi dan menerima data yang dikirimkan pada komputer untuk diolah. Alat ini dikenal sebagai Modulator-Demodulator atau secara singkat Modem. Ada beberapa macam kelas modem yaitu broadband dan narrowband. Modem broadband mampu melayani penyaluran informasi dengan kecepatan tinggi dan biasanya melakukan modulasi secara outband yaitu di luar frekuensi suara seperti modem ADSL dan cable modem. Modem narrowband adalah modem yang lazim dipergunakan bila digunakan sambungan melalui saluran telepon seperti untuk keperluan dial-up. Makin banyak data dikirim melalui saluran telepon dan makin tinggi kecepatan transmisi diperlukan teknik modulasi yang lebih canggih untuk transmisi data tanpa kesalahan. Modulasi yang paling sederhana yang sering digunakan ialah: FSK (frequency shift keying) yang tergolong dalam Frequency Modulation. Teknik yang lain yang umum ialah: PSK (Phase Shift Keying) yang tergolong dalam Phase Modulation. Modulasi yang lain ialah QAM (Quadrature Amplitude Modulation), yang merupakan kombinasi dari Phase Modulation dan Amplitude Modulation. Amplitudo menentukan satu kode, dan perubahan fasa kode lainnya. Akibatnya dapat dicapai transfer rate yang tinggi. Modem pada umumnya terhubung ke jaringan telepon (PSTN) maka beberapa fasilitas harus merupakan kelengkapan dasar seperti auto dial (sistem komputer dapat langsung memanggil nomor telepon tujuannya dan modem akan segera bekerja bila hubungan diperoleh) dan auto answer (modem dapat menghubungkan diri dengan sistem komputer tanpa pertolongan operator bila ada panggilan). Semua fasilitas ini diperlukan bila dihendaki berlangsungnya pengiriman data tanpa bantuan operator yang siaga. Bahkan sekarang sistem komputer dapat diperintahkan untuk mengirimkan data pada waktu tertentu, sehingga operator tidak diperlukan pada saat pengiriman data berlangsung.
Supaya komunikasi terlaksana digunakan standard yang dipatuhi oleh pembuat modem yang terkemuka. Untuk komunikasi di Amerika Serikat digunakan Bell System, sedangkan standard internasional dikeluarkan oleh ITU-T. Ketentuan yang dibakukan seperti misalnya ketentuan interface antara terminal dan modem yaitu RS-232-C (dari EIA-U.S.A) dan ITU-T V.24 yang kompatibel dengan RS-232-C. Untuk kecepatan yang lebih tinggi didefinisikan standard RS-499 dan V.35. Standard ini mendefinisikan interface antara DTE (Data Terminal Equipment) dan DCE (Data Communication terminating Equipment) dalam hal ketentuan mekanik, listrik dan fungsional. DCE bertugas mengubah sinyal data menjadi bentuk yang sesuai bagi saluran transmisi (saluran komunikasi) dan sebaliknya.
Berberapa standard yang digunakan pada modem:
 V.21 Kecepatan 300 bps, menggunakan 2-kawat dengan modulasi FSK
 V.22 Kecepatan 1200 bps, menggunakan 4-PSK, 2 kawat
 V.22 bis kecepatan 1200 dan 2400 bps, 2 kawat dengan modulasi 4-DPSK, 16-QAM
 V.23 1200 bps, FSK, 2 wire HDX, 2 wire
 V.26 2400 bps, 4-PSK, 4 wire
 V.27 4800 bps, 8-PSK, 4 wire
 V.29 9600 bps, 16QAM, 4 wire
 V.32 9600 bps, 32 QAM/trellis, 2 wire
 V.32 bis 14400 bps, 64 QAM, 4 wire
 V.32 terbo 19, 200 bps, 256 QAM, 4 wire
 V.33 14, 400, 128 QAM (terllis), 4 wire
 V.34 28, 800 bps, 4096 QAM, 4 wire


MULTIPLEXING
Sistem komputer pada dasarnya bekerja dengan kecepatan yang sangat tinggi. Kecepatan transmisi yang mungkin pada suatu data link mungkin jauh lebih cepat dari pada kecepatan sebuah terminal. Bila data link ini hanya digunakan oleh satu terminal biaya operasi dibandingkan dengan data yang dikirimkan cukup tinggi. Biaya dari saluran komunikasi merupakan biaya yang cukup berperan dalam sistem komunikasi sehingga saluran komunikasi dan harus dibuat seefisien mungkin. Sistem komputer tersebut bekerja tidak efisien karena banyak waktu yang terbuang untuk menunggu receiver siap menerima data berikutnya. Untuk memanfaatkan kemampuan yang ada maka dilakukan berbagai cara agar lebih banyak informasi yang dapat disalurkan melalui sistem transmisi yang ada. Pemanfaatan sistem tansmisi untuk membawa lebih banyak sinyal informasi ini sering dikenal sebagai teknik multiplexing. Untuk effisiensi penggunaan saluran digunakan multiplexing, yaitu mengirim data dari sejumlah terminal sekaligus. Teknik multiplexing bersifat transparan karena baik pengirim maupun penerima tidak pernah mengetahui bahwa ada proses lain yang terlibat diantara keduanya. Peralatan yang melakukannya disebut multiplexer. Karena kecepatan sistem komputer yang tinggi maka seolah-olah semua receiver tersebut menerima data pada saat yang bersamaan. Pada teknik ini masing-masing receiver mempunyai hubungan langsung ke sistem komputer melalui multiplexer tadi. Pembagian ini dapat berupa waktu atau frekuensi. Modulasi umumnya berkaitan dengan frekuensi yang lebih tinggi dari frekuensi sinyal informasi atau juga mempunyai kecepatan penyaluran transmisi (bit rate) yang lebih tinggi dari kecepatan informasi yang disalurkannya. Dua macam teknik multiplexing yang umum digunakan:

• Frekuensi Division Multiplexing (FDM)
• Time Division Multiplexing (TDM)

Jadi multiplexing ialah penggabungan 2 sinyal atau lebih untuk disalurkan ke satu saluran komunikasi. Beberapa alasan penggunaan multiplex:

 menghemat biaya penggunaan saluran komunikasi.
 memanfaatkan sumber daya (resources) seefisien mungkin.
 kapasitas terbatas dari saluran komunikasi digunakan semaksimum mungkin.
 karakteristik permintaan komunikasi pada umumnya memerlukan penyaluran data dari beberapa terminal ke titik yang sama.


Frequency Division Multiplexing:
Teknik multiplexing yang banyak dipakai adalah FDM. Seringkali lebar pita frekuensi yang dimungkinkan disalurkannya biasanya jauh lebih besar dari sinyal informasi yang harus dibawanya. Oleh karena itu lebar pita yang tersedia dapat dibagi-bagi menjadi beberapa kanal dan tiap kanal mempunyai carrier yang berfrekuensi tertentu, setelah itu semuanya akan dibawa bersama dengan frekuensi carrier yang telah ditentukan ke tempat tujuan. Proses penumpukkan sinyal agar dibawa oleh carrier tersebut dikenal sebagai FDM (Frequency Division Multiplexing). Sistem ini menumpukkan sinyal pada bidang frekuensi. Data yang dikirimkan akan dicampur berdasarkan frekuensinya. FDM sebenarnya banyak dipergunakan pada pengiriman sinyal analog. Data pada tiap kanal dimodulasikan dengan FSK untuk voice grade channel. Seperti kita ketahui dalam sistem komputer data selalu ber-bentuk digital yang hanya mengenal 0 dan 1 saja. Pembedaan 0 atau 1 didasarkan atas frekuensi.
Misalkan diketahui kanal komunikasi suara berupa kabel voice-grade mempunyai lebar frekwensi 300-3000 Hz. Untuk komunikasi data kanal ini dengan teknik multiplexing FDM dapat dipakai untuk lebih dari satu terminal. Untuk keperluan ini digunakan 4 carrier misalnya 600, 1200, 1800, 2400 Hz. Ini berarti data dari 4 buah sumber dapat dikirimkan ke tujuan secara bersamaan hanya dengan mempergunakan sebuah voice-grade saluran. Bilangan biner "1" diwakili oleh sinyal 800, 1400, 2000, 2600 Hz sedangkan biner "0" oleh sinyal 400, 1000, 1600, dan 2200 Hz. Untuk mencegah interferensi tiap-tiap band dipisahkan oleh jalur selebar 200 Hz. Jadi penerima akan memisahkan sinyal yang diterimanya ber-dasarkan frekwensinya dan kemudian menyalurkan menuju ke tempat tujuan yang dikehendaki. FDM ini tidak hanya dipergunakan untuk pegiriman secara point to point tetapi juga dapat untuk cara multidrop. Dengan cara ini setiap penerima di tujuan hanya mengambil sinyal data sesuai dengan frekuensi yang sudah ditentukan dan data yang lain diteruskan ke tujuan yang bersangkutan. Karena tiap kanal telah diberikan pada terminal yang telah tertentu, maka kalau terminal tersebut tidak mengirimkan data kanal itu tidak berfungsi. FDM dikatakan "code transparent" artinya sistem sadi yang dipakai oleh data yang dikirimkan tidak mempengaruhinya. FDM dapat beroperasi secara Full Duplex dengan 2 atau 4 kawat. Kalau digunakan 2 kawat, jumlah kanal yang tersedia akan menjadi setengahnya karena untuk pengiriman dan penerimaan masing-masing membutuhkan satu kanal.


Time Division Multiplexing:
TDM (Time Division Multiplexing) merupakan proses digital yang dapat diterapkan bilamana kemampuan dari saluran transmisi lebih besar dari masing - masing pasangan pengirim dan penerima yang disambungkannya. Sistem ini dapat menampung sejumlah pasangan pengirim dan penerima sedemikian rupa sehingga kemampuan dari saluran transmisi dapat dimanfaatkan sepenuhnya. Informasi dari masing-masing pasangan secara bergantian akan disambungkan atau mendapat kesempatan memakai saluran transmisi. Oleh karena pengiriman informasi dilakukan secara bergantian maka sistem ini dikenal dengan nama Time Division Multiplexing. TDM merupakan teknik multiplexing dengan penggunaan sinyal digital. TDM menggunakan teknik interleaving yaitu menyelipkan satu atau sejumlah bit dari sejumlah sumber sinyal informasi dan menyalurkannya melalui satu saluran komunikasi. Hasilnya ialah aliran bit yang berasal dari sejumlah sumber informasi . Pengirim dan penerima harus sinkron agar informasi dari satu kanal dapat diterima oleh kanal yang tepat pada penerima. Implementasi TDM dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu secara asinkron dan secara sinkron. Waktu dibagi menjadi sejumlah time slot. Pada sistem sinkron waktu yang diberikan (time slot) kepada tiap pengirim (perangkat) lamanya tetap dan tidak dapat dipakai oleh pengirim lain. Giliran bagi pengirim tersebut tetap disediakan walaupun tidak dipakai sehingga time slot tersebut terbuang. Akibatnya saluran pada keluaran dapat tidak terpakai keseluruhan kapasitasnya.
Dengan TDM pengiriman data dilakukan dengan melakukan pencampuran data berdasarkan waktu signal data tersebut dikirimkan. TDM digunakan untuk transmisi sinyal digital. Data bit dari terminal secara bergantian harus diselipkan di antara data bit dari terminal lain. Transmitter dan receiver harus sinkron supaya masing-masing receiver menerima data yang ditujukan kepadanya. Misalkan 4 buah terminal akan mengirimkan data ke receiver dengan kecepatan 300 bps; dengan teknik TDM 1 saluran komunikasi dapat menyalurkan data dari ke empat terminal tadi sekaligus dengan kecepatan total sebesar 1200 bps. Akibatnya diperlukan saluran berkualitas tinggi yang dapat mengirimkan data dengan kecepatan tinggi antara multiplexer pengirim dan demultiplexer penerima. Antara pengirim atau penerima dengan multiplexer dapat dipergunakan saluran yang berkualitas jauh lebih rendah sedemikian rupa sehingga jumlah kecepatan semua saluran tersebut harus lebih rendah atau sama dengan kecepatan saluran antara kedua multiplexer. Pada contoh di atas saluran antara kedua multiplexer dipergunakan saluran yang mempunyai kecepatan 1200 bps, sedang saluran dari pengirim ke multiplexer digunakan saluran berkualitas lebih rendah misalnya masing-masing 300 bps (Jumlah ke 4 saluran tersebut 1200 BPS). Terlihat dengan jelas cara ini lebih sulit dibandingkan dengan cara FDM karena urutan data sinyal harus diperhatikan. Sampai saat ini cara TDM hanya dipergunakan untuk komunikasi point to point. Pada TDM lebih mudah dilakukan penambahan peralatan pengirim data, karena tidak akan mempengaruhi peralatan yang sudah ada sampai pada batas-batas tertentu. TDM pada dasarnya lebih effisien dari pada FDM karena 1 saluran komunikasi telepon dapat dipakai sampai dengan 30 terminal sekaligus. Seperti yang dilakukan dengan penggunaan Pulse Code Modulation. Sinyal suara di sample dengan laju 8000 sample per sekon dan hasilnya disandikan sebagai dengan sandi 8 bit untuk satu time slot. Tiap kanal biasanya disebut sebagai time slot dan teknik PCM menentukan bahwa kanal suara dibawa pada time slot 1 sampai dengan 15 dan time slot 17 sampai dengan time slot 32. Time slot 0 digunakan untuk sinkronisasi, sedangkan time slot 16 untuk signaling. Sistem ITU-T menggunakan kecepatan 2048 Kbps atau 30 kanal suara dan dikenal sebagai sistem multiplexing E1, yaitu teknik multiplexing yang membawa sinyal informasi dengan kecepatan 2048 kbps. Bilamana informasi berupa sinyal suara maka biasanya digunakan PCM sehingga tiap kanal mempunyai kecepatan 64 kbps dan sebuah E1 dapat membawa sekitar 30 kanal suara sedangkan sistem Amerika Utara dikenal sebagai T-carrier yang kecepatannya 1544 Kbps atau 24 kanal suara. Dalam sistem TDM terdapat beberapa hierarki yaitu E1 dengan kecepatan 2048kbps, E3 dengan multiplexing 16 E2 sehingga diperoeh kecepatan 34 Mbps Standard yang umum dipakai adalah standard yang dikenal sebagai G.703.

TDM asinkron lebih dikenal sebagai STDM (Statistical Time Division Multiplexing) mengatasi masalah ini efisiensi saluran. Secara teoritik kecepatan keluarannya lebih rendah dibandingkan dengan jumlah kecepatan masukannya. STDM dapat mendukung jumlah masukan yang lebih besar dari kemampuan maksimum keluarannya. Jumlah masukan ditentukan berdasarkan analisis statistik mengenai aktivitas saluran masukan. Tiap slot dapat dipakai oleh siapapun. Oleh karena kemungkinan seluruh kanal akan mengirimkan informasi lebih kecil, maka terdapat kemungkinan bahwa jumlah sumber yang akan dilayani dalam pengiriman informasi lebih besar daripada jumlah kanal tersedia. Kanal yang tersedia hanya diberikan pada sumber yang hendak mengirimkan informasinya. Apabila pada suatu saat kanal yang bebas tidak ada lagi, maka sumber tadi diberikan suatu buffer untuk menyimpan informasinya dan mendapatkan suatu kanal atau time slot bilamana ada yang bebas. Sistem multiplexing ini memerlukan format yang agak berbeda dengan TDM yang biasa dikenal. Multiplexer melakukan scanning dan mengumpulkan data tersebut dalam frame. Masalah yang dihadapi ialah bagaimana sebuah demux mengetahui slot yang mana kepunyaan masukan yang mana. Untuk mengatasi hal ini diperlukan suatu address yang menunjukkan ke mana data tersebut harus dikirimkan. Address ini hanya diperlukan secara internal antara multiplexer dengan demultiplexer. Oleh karena itu time slot biasanya agak besar. Variable length time slot dapat dipakai oleh STDM ini. STDM mempunyai keuntungan dalam efisiensi penggunaan saluran secara lebih baik. STDM memberikan kanal hanya kepada terminal yang membutuhkan. STDM memanfaatkan sifat lalu-lintas yang mengikuti karakeristik statistik, demikian pula beberapa sifat protokol seperti Start-Stop bit, Flag, Filler dan lain-lain. Dengan multiplexing cara ini efisiensi dapat ditingkatkan lagi beberapa kali lipat. STDM juga dikenal sebagai Intelligent Time Division Multiplexing.
Dalam TDM asinkron perlu diperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan framing, interleaving. Framing merupakan pengelompokkan satu siklus dari time slot dengan framing bits. Bilamana sistem mempunyai n input, maka tiap frame akan terdiri atas n slot. Terdapat kemungkinan bahwa satu perangkat mendapatkan lebih dari satu time slot bilamana kecepatan datanya lebih tinggi daripada kecepatan perangkat lainnya. Oleh karena pemberian giliran dilakukan secara teratur, maka informasi dari satu masukan akan diselipkan di antara informasi dari masukan lainnya secara tetap dan teratur. Proses semacam ini disebut interleaving. Interleaving dapat dilakukan per bit, per oktet ataupun satuan lainnya tergantung dari besarnya waktu antara. Besarnya interleave ini tetap. Kerugian sistem sikron ini ialah adanya time slots yang tidak terpakai berhubung masukannya tidak ada. Kecepatan ini harus merupakan kelipatan dari kecepatan yang dilayani oleh satu time slot. Bilamana tidak, maka harus digunakan prinsip bit stuffing yang menyebabkan dicapainya kelipatan kecepatan tersebut.

Bilamana ketiga sistem multiplexing dibandingkan maka FDM tidak memberikan banyak manfaat dibandingkan dengan TDM karena:
• kurang efisien, tiap kanal dipisahkan dalam pita frekuensi sehingga terdapat bagian dari pita keseluruhan yang terbuang untuk melindungi terhadap gangguan crass-talk
• kurang flexible. Perubahan kecepatan atau jumlah kanal memerlukan perubahan pada sisi frekuensi tengah dari skem kanal.
• tidak sesuai bagi multiplexing sinyal sinkron karena kesukaran dalam hal clock dan menjaga timing

Inverse Multiplexing
Karena kemampuan penyelenggara jasa telekomunikasi berbeda-beda dan seringkali keperluan saluran berkecepatan rendah lebih banyak dibandingkan kecepatan tinggi, maka terdapat kemungkinan bahwa informasi kecepatan tinggi harus disalurkan melalui saluran berkecepatan lebih rendah. Inverse multiplexing merupakan teknologi yang cukup baru yang dapat memecahkan masalah ini. Masukan berkecepatan tinggi akan disalurkan melalui beberapa saluran berkecepatan lebih rendah ke tempat tujuannya.

Concentrator:
Kadang-kadang sistem komunikasi data tumbuh demikian kompleks-nya sehingga cukup bermanfaat penggunaan remote data concentrator atau concentrator saja yang merupakan interface antara sejumlah terminal dengan saluran ke host computer. Ia digunakan sebagai pengganti ataupun bersama-sama dengan multiplexer. Concentrator ini menyerupai multiplexer. Tetapi bila pada multiplexer data yang diterima segera diteruskan ke tujuannya, maka concentrator akan mengumpulkan semua data yang diterimanya sampai batas tertentu dan kemudian baru disalurkan secara bersamaan ke tujuan. Seringkali juga memiliki processor dan memory sendiri sehingga juga membebaskan komputer utama dari masalah komunikasi data,bahkan lebih dari front-end processor alat ini juga melakukan pemeriksaan atas data yang diterima atau dikirim dan bila perlu melakukan koreksi.
Concentrator selain membebaskan saluran komunikasi dari lalu lintas yang tidak bermanfaat juga membebaskan komputer dari semua kegiatan yang berhubungan dengan penyaluran berita tanpa salah (error free messages). Concentrator mempunyai processor yang khusus. Concentrator tidak saja mengkombinasikan saluran kecepatan rendah menjadi saluran berkecepatan tinggi tetapi juga melakukan konversi kode, kecepatan, meratakan traffic dan error control yaitu segala usaha untuk memperbaiki daya guna dari komputer dan saluran komunikasi. Concentrator secara hardware terbentuk data sebuah general purpose mini komputer dengan stored program atau communication control computer yang dirancang khusus untuk keperluan ini. Per-bedan antara keduanya ialah dalam melakukan tugas-tugasnya communication control banyak menggunakan hardware khusus. Fungsi Concentrator hampir sama dengan multiplexer, perbedaannya multiplexer menggabungkan sinyal dari banyak sumber dan menyalurkannya sekaligus melalui satu kanal komunikasi. Concentrator menampung sinyal dari beberapa sumber dan menyalur-kannya melalui saluran komunikasi bila saluran tersebut bebas. Data ditampung terlebih dahulu sebelum dikirim keluar.Data yang ditampung diproses terlebih dahulu sebelum dikirim keluar. Sekarang STDM banyak melakukan tugas Concentrator sehingga sukar dilakukan pembedaan antara keduanya. Ciri khas dari Concentrator yang amat bermanfaat ialah kemampuan mendukung protokol yang mengikuti model OSI. Tugas concentrator :

- Line servicing :
membentuk hubungan, identifikasi terminal, menentukan kecepatan dan pelayanan yang dibutuhkan serta polling. Concentrator melakukan polling hingga address tujuannya dapat diberikannya sendiri dan tidak perlu dari host. Dengan cara ini host tidak perlu secara langsung ber-hubungan dengan terminal. Concentrator hanya mengirimkan informasi yang penting saja ke host. Untuk berita ke host, Concentrator akan menggabungkannya dengan berita lain yang bertujuan sama. Berita dari terminal ke terminal yang berada dalam daerah operasi concentrator akan dilayaninya sendiri. Concentrator dapat melakukan fungsi store & forward.

- Konversi kecepatan dan kode :
Dalam jaringan komunikasi data terdapat berbagai macam terminal yang beroperasi dengan berbagai keceptan dan format kode. Concentrator dapat mendeteksi sinyal masuk dan mengetahui kecepatannya. Kode dan kecepatannya akan dikonversikan sesuai dengan kebutuhan baik untuk komunikasi antar terminal maupun ke host.

- Meratakan traffic
Karena adanya memory yang dapat digunakan untuk menyimpan data, concentrator dapat meratakan traffic dalam arti menggunakan saluran secara effisien. Mode store and forward berguna untuk hal ini karena tiap terminal tetap dapat mengirimkan datanya walaupun pihak yang ditujunya masih sibuk. Data yang dikirimkan akan disimpan untuk sementara waktu dan dikirimkan ke tujuan bilamana tempat yang dituju bebas.

- Error Control
Data yang masuk dapat diperiksa keandalannya dan juga pemberian kode untuk pengiriman data ke host computer. Ia dapat melayani permintaan pengulangan pengiriman data karena adanya kesalahan kegiatan ini dapat dilakukan guna membebaskan host computer dari tugas-tugas ini yang cukup memerlukan processing time.